Gema Pembebasan sebagai sayap pergerakan mahasiswa pengusung khilafah saat ini kembali ramai dibicarakan.
Universitas Negeri Tadulako (UNTAD) sebagai pencetak kader Gema Pembebasan disinyalir sebagai kampus terkuat pengusung khilafah, radikal dan intoleran. Bagaimana tidak, semua Ketua Gema Sulteng berasal dari mahasiswa Untad. Sebut saja Shiddiq Rabbani alumni Biologi FKIP Untad yang sekarang menjadi Sekjen Gema mendampingi Ismail Yusanto. Yusli alumni Geografi FKIP Untad yang saat ini masih menjabat sebagai Ketua Gema Pembebasan Wilayah Sulteng. Meskipun di beberapa kampus di Sulteng ada Gema namun tidak dapat dipungkiri Untad adalah sentral pergerakan.
Pergerakan ini tidak akan masif apabila tidak ada dukungan dari oknum pihak kampus. Posisi strategis oknum pihak kampus seperti memberi ruang pergerakan mereka dengan menyusup ke kegiatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Hingga berita ini diturunkan, Untad belum memberikan klarifikasi.
Mirisnya mayoritas dosen di Untad menyampaikan bahwa Untad adem-adem saja. Tidak ada pergerakan radikal, intoleran, pengusung khilafah dan anti Pancasila. Padahal jelas Untad adalah sentral pergerakan Gema Pembebasan wilayah Sulteng.
Masyarakat dan beberapa pengamat cemas dengan adanya pergerakan Gema Pembebasan Untad yang tidak bisa dideteksi oleh pihak kampus, dan mensinyalir adanya dosen yang terpapar. Berdasarkan informasi yang diperoleh, aparat sudah melakukan pemantauan secara intensif terhadap adanya kelompok ini di lingkungan kampus Untad.