Jakarta — Konten kreator dan founder of Malaka Project, Ferry Irwandi, menegaskan bahwa kritik terhadap pemerintah bukanlah bentuk permusuhan, melainkan bagian dari proses belajar bersama untuk memperbaiki kebijakan publik. Dalam berbagai kontennya, Ferry kerap menekankan pentingnya edukasi sosial sebagai dasar dari setiap kritik yang disampaikan masyarakat.
“Kalau mau mengkritik, pastikan paham konteks dan datanya dulu. Kritik itu harus melahirkan kesadaran, bukan kebencian,” ujarnya dalam salah satu sesi berbagi di kanalnya.
Ferry Irwandi dikenal melalui gaya komunikasinya yang lugas, reflektif, dan dekat dengan realita keseharian masyarakat. Lewat platform digitalnya, ia mengangkat isu sosial, ekonomi, dan kebijakan publik dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami berbagai kalangan.
Menurutnya, kritik yang membangun justru membantu pemerintah menyadari celah dan memperbaiki pelayanan publik. “Saya tidak anti-pemerintah. Saya pro-edukasi. Karena tanpa edukasi, kritik hanya jadi teriakan kosong,” tegasnya.
Ferry juga mengajak masyarakat untuk lebih aktif mencari sumber informasi kredibel dan tidak mudah terprovokasi oleh narasi negatif di media sosial. Ia menilai bahwa ekosistem digital yang sehat hanya dapat tercipta jika masyarakat melek literasi dan mampu memilah mana opini dan mana fakta.
“Kalau semua sibuk marah, siapa yang belajar? Saya ingin orang marah karena paham, bukan karena ikut-ikutan,” tambahnya.
Melalui berbagai kanalnya, Ferry Irwandi terus mengkampanyekan pentingnya berpikir kritis, tapi tetap santun dan berlandaskan data. Ia meyakini bahwa perubahan sosial tidak lahir dari kebencian, melainkan dari kesadaran bersama.


















